Rabu, 12 Februari 2014

Uraian Linguistik terapan Dan Teoretis



A.Linguistik di lihat dari pembidanganya,di lihat dari segi pembidanganya,
 maka linguistik dapat dibagi atas:

·         Linguistik umum
      Linguistik umum memberikan gambaran umum tentang suatu bahasa sehingga menghasilkan teori bahasa yang bersangkutan. Pada linguistik umum diberikan ciri umum bahasa manusia, diuraikan secara sederhana, umum, tepat dan objektif.
Linguistik umum memberikan informasi umum mengenai teori prosedur kerja dan paham-paham yang berkembang dalam linguistik.

·         Linguistik Terapan
      Ilmu yang berusaha menerapkan hasil penelitian dalam bidang linguistik untuk keperluan praktis. Linguistik terapan dapat juga dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan-peroalan praktis yang banyak sangkut pautnya dengan bahasa. Jadi, linguistik hanya dipakai sebagai alat. Misalnya, dalam pengajaran bahasa, linguistik dapat di manfaatkan untuk mengajarkan bahasa agar perolehan anak akan lebih meningkat.

·         Linguistik Teoritis
      Linguistik teoritis mengutamkan penelitian bahasa dari segi internal. Jadi, meneropong bahasa bahasa dari kegiatan-kegiatan yang di jumpai  dalam bahasa.
Istilah linguistik teoristik hendaknya anda bedakan dengan istilah teori linguistik.

·         Sejarah linguistik
      Dengan sejarah linguistik dimaksudkan sebagai uraian kronologis tentang perkembanagan linguistik dari masa ke masa, dari periode ke periode dengan sejarah itu para ahli dapat mengetahui dan dapat membandingkan periode dengan periode yang lain.

B. Linguitik dilihat dari segi sifat telaahnya, dari segi sifat telaahnya linguistik dapat di bagi atas:

·         Linguistik Mikro
      Dengan linguistik mikro dimaksudkan sebagai linguistik yang sifat telaahnya lebih sempit. Artinya bersifat internal. Hanya melihat bahasa sebagai bahasa. Meneropong kegiatan-kegiatan yang kita jumpai dalam bahasa saja.
·         Linguistik Makro
      Bersifat luas. Sifat telaahnya eksternal. Meneropong kegiatan bahasa pada bidang-bidang lain, misalnya pada bidang ekonomi, sejarah.

C. Linguistik dilihat dari segi pendekatan objeknya,telah diketahui bahwa objek linguistik adalah bahasa. Bahasa dapat dilihat secara :

·         Deskriptif
      Melihat bahasa apa adanya. Bahasa yang hidup sekarang, bahasa ketika peneliti sedang mengadakan kegiatan penelitian dan analisis.

·         Historis komparatif
      Membandingkan dua bahasa atau lebih pada periode yang berbeda.

·         Kontrastif
      Membatasi diri pada perbandingan bahasa-bahasa pada periode tertentu atau sezaman.

·         Sinkronis
      Bahasa pada masa tertentu

·         Diakronis
      Ingin mempersoalkan, menguraikan atau menyelidiki perkembangan bahasa  dari masa ke masa

Pengertian Langage, Langue, dan Parole


Pengertian Langage, Langue, dan Parole 

Istilah struktur memang seringkali dikaitkan dengan sistem. Seringkali pula dikatakan bahwa struktur dan sistem seperti dua sisi sebuah mata uang.Maka itu, dalam memahami strukturalisme, sistem/langue dan struktur/parole harus dipahami benar agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan analisis yang menggunakan teori strukturalisme.Dengan memahami struktur dan sistem serta langue dan parole, maka   dapat mengkaji dengan lebih baik gejala adopsi unsur budaya.


Trio langage-langue-parole digunakan Saussure untuk menegaskan objek linguistik. Fenomena bahasa secara umum disebutnya langagesedangkan langue dan parole merupakan bagian darilangage. Parole adalah manifestasi individu dengan bahasa yang mengindividukan makna; sedangkan langue adalah langage dikurangi parole, yakni bahasa dalam proses sosial. Saussure dalam hal ini lebih menitikberatkan studi linguistik pada langue. (Saussure, 1988:75)
Pandangan ini juga dikuatkan oleh Robins, dalam konseptualisasi antitesis Saussure; langue “struktur leksikal, gramatikal dan fonologis” bahasa yang tertanam dalam pikiran atau otak penutur bahasa; langue adalah hasil kolektif masyarakat bahasa dan digambarkan sebagai  kesatuan di luar individu dan parole “apa yang sebenarnya diucapkan" oleh penutur bahasa. (Robins, 1989: 45).
Akan tetapi sedikit berbeda dengan konseptualisasi Saussure, Chomsky membuat distingsi dengan membagi competence dan performance. Meski berbeda istilah namun secara konsep sebenarnya similar. Competence "what a speaker intuitively knows about his language" dan performance "what he does when he actually uses his language (dalam Robins, 1989:45)." Konsep Competence-nya Chomsky tidak jauh berbeda dengan langue-nya Sauusure begitu pula performence tidak lain adalah parole.

Langue merupakan bahasa sebagai objek sosial yang murni dan dengan demikian keberadaannya diluar indifidu, sebagai seperangkat konvensi-konvensi sistemik yang berperan penting dalam komunikasi. Langue merupakan sistem sosial yang otonom, yang tidak bergantung kepada materi-tanda-tanda pembentuknya. Sebagai sebuah institusi sosial, langue bukan sama sekali sebuah tindakan dan tidak bisa pula dirancang atau diciptakan atau diubah secara pribadi, karena pada hakikatnya langue merupakan kontrak kolektif yang sungguh-sungguh harus dipatuhi bila kita ingin berkomunikasi, singkat kata langue adalah bahasa dalam wujudnya sebagai suatu sistem.
Disamping sebagai sebuah institusi sosial, langue juga sekaligus merupakan sistem nilai. Bila sebagai suatu sistem sosial, langue pada dasarnya merupakan kontrak kolektif yang harus diterima secara menyeluruh bila kita hendak berkomunikasi. Karena demikian, langue tersusun atas sejumlah elemen yang sekaligus ekuivalen dari kuantitas benda-benda dan terma-terma yang berfungsi lebih luas didalam sebuah tatanan referenssial. Dipandang dari sisi ini, sebuah tanda dapat diumpamakan seperti keping uang logam (koin) yang bernilai sejumlah barang tertentu-sehingga dengan demikian dapat dibelanjakan- tetapi juga memiliki nilai dalam kaitannya dengan koin-koin yang lain.
Berkebalikan dengan langue, pareole merupakan bagian dari bahasa yang sepenuhnya individual. Parole dapat dipandang, pertama-tama, sebagai kombinasi yang memungkinkan subjek (penutur) sanggup menggunakan kode bahasa untuk mengungkapkan pikiran pribadinya. Disamping itu, ia juga dapat dipandang sebagai mekanisme psiko-fisik yang memungkinkan subjek menampilkan kombinasi tadi. Aspek kombinatif ini mengimplikasikan bahwa parole tersusun dari tanda-tanda yang identik dan senantiasa berulang. Karena merupakan aktivitas kombinatif maka parole terkait dengan penggunaan indifidu dan bukan semata-mata bentuk kreasi. Singkatnya, parole merupakan penggunaan aktual bahasa sebagai tindakan individu-individu.
Langue adalah cabang linguistik yang menaruh perhatian pada tanda-tanda (sign) bahasa atau ada pula yang menyebutnya sebagai kode-kode (code) bahasa. Termasuk dalam tanda bahasa atau kode ini adalah apa yang oleh para ahli disebut fonem, yaitu satuan bunyi terkecil yang berfungsi untuk membedakan arti. Misalnya dalam bahasa Arab dikenal kata “ ولد “ yang artinya berbeda dengan kata “ بلد “, karena yang diletakkan di awal kata adalah fonem /  وَ / dan bukan fonem /  بَ /Selain itu, termasuk dalam tanda bahasa juga apa yang disebut dengan morfem, yaitu satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.
Begitulah, kalau langue mempunyai objek studi sistem atau tanda atau kode, maka parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa sebagaimana terlihat dalam penggunaannya. Kalau langue bersifat kolektif dan pemakaiannya “tidak disadari” oleh pengguna bahasa yang bersangkutan, makaparole lebih memperhatikan faktor pribadi pengguna bahasa. Kalau unit dasar langue adalah katamaka unit dasar parole adalah kalimat. Kalau langue bersifat sinkronik dalam arti tanda atau kode itu dianggap baku sehingga mudah disusun sebagai suatu sistem, maka parole boleh dianggap bersifat diakronik dalam arti sangat terikat oleh dimensi waktu saat terjadi pembicaraan. Keterikatan dengan dimensi waktu berhubungan pula dengan persoalan arti. Misalnya dalam pembicaraan sehari-hari, meskipun kalimat disusun berdasarkan gramatika, tetapi arti kalimat itu sendiri timbul karena pendengar juga melihat mimik pembicara yang tidak dapat dilepaskan dari kebudayaannya.
Umpamanya, seperti contoh berikut. Dua orang ibu Jawa berjalan bersama, sepulang arisan. Seorang ibu yang kebetulan letak rumahnya lebih dekat dan tiba lebih dahulu, berkata “mari mampir”. Dalam kondisi seperti ini, ibu kedua menjawab, “terima kasih, lain kali”. Apa yang hendak diperlihatkan di sini adalah “mari mampir” sebenarnya tidak menyilakan singgah seperti yang diperlihatkan oleh sistem gramatikanya, tetapi sesuai dengan pengguna bahasa tersebut, kalimat itu hanya berarti basa-basi pergaulan saja. Makna kalimat menurut pengertian seperti yang dicontohkan terakhir inilah yang menjadi perhatian dari parole. Berkenaan dengan istilah langue dan parole ini, dapat dijelaskan secara lebih sederhana, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole merupakan ekspresi bahasa pada tingkat individu”.
Menurut Saussure, langue bukanlah kegiatan penutur, langue merupakan produk yang direkam individu secara pasif. Sebaliknya, parole adalah suatu tindakan individual dari kemauan dan kecerdasannya. Langue adalah suatu benda tertentu di dalam kumpulan heteroklit peristiwa-peristiwa langageDia adalah bagian sosial dari langage, berada di luar individu, yang secara mandiri tidak mungkin menciptakan maupun mengubahnya. Langue hanya hadir sebagai hasil semacam kontrak di masa lalu di antara para anggota masyarakat.
Pembagian tersebut kemudian dengan sendirinya memunculkan sestem pertalian yang tidak dapat terlepas lagi antara individu sebagai pihak pengujar dan bahasa sebagai tempat bersemayamnya jutaan tanda yang siap diambil oleh individu dalam berkomunikasiarbitrary bahasa (kesewenang-wenangan bahasa), yakni keadaan dimana bahasa menjadi hakim bagi tiap-tiap individu yang akan mewajibkan kepada siapa saja yang akan berkomunikasi untuk memilih salah satu diantaranya sebagai tanda yang mewakili pikirannya, dan tidak ada pilihan lain selain tanda-tanda tersebut. Kenapa demikian? Karena bahasa tersusun secara mandiri oleh kesepakatan umum, dan tidak akan menjadi bahasa, segala sesuatu yang belum pernah tersepakati. Tidak mungkin seseorang yang akan menyebut sesuatu yang manis, bulat, berwarna merah, serta enak rasanya, yang oleh khalayak biasa disebutapel dengan sebutan ipul. Begitu juga sebaliknya, tiap-tiap individu berkesempatan bebas untuk memakai tanda-tanda yang sudah tersepakati tersebut untuk menjadi sebuah bentuk ujaran yang akan menandai tiap-tiap impresi mentalnya ketika sedang berkomunikasi. Andaikan saja bahawa bahasa itu sebagai sebuah kamus raksasa dalam otak tiap-tiap individu yang didalamnya terdapat jutaan kata-kata, siapapun bebas memilih kata apa saja, yang penting masih dalam kamus raksasa tersebut.○

esuatu yang menarik adalah dapat dipahaminya tiap-tiap tanda yang ada dalam sistem kebahasaan tersebut, siapapun orangnya akan memahami tanda-tanda yang telah tersepakati tersebut, namun apa sebenarnya yang menjadikan tanda tersebut dapat terpahami? Saussur mendapati bahwa tanda-tanda tersebut dapat dipahami karena keberbedaan tiap-tiap tanda tersebut, seandainya tanda-tanda tersebut tidak berbeda makan akan individu akan susah memahaminya. Hal ini yang kemudian oleh Saussur disebut dengan hukum keberbedaan tanda, dimana sistem operasi bahasa tersusun secara sistematis dan tidak centang perenang karena keberbedaan tiap-tiap tanda yang tersususun di dalamnya.




Pemahaman tentang parole,langue, langage yaitu

  • ·   Parole Merupakan objek yang kongkrit bagi ahli linguistik, kajian terhadap parole dilakukan untuk mendapatkan kaidah-kaidah suatu langue.

  • ·      Langue Merupakan objek yang abstrak karna langue berwujud suatu sistem suatu      bahasatertentu secara keseluruhan.

  • ·   Langage Merupakan objek yang paling abstrak karna ia berwujud sistem bahasa secara universal.
 

Hakikat / Pengertian Bahasa



A.  Hakikat / Pengertian Bahasa

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. (Kridalaksana: 1983)

Ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu:
(1) bahasa itu adalah sebuah sistem,
(2) bahasa itu berwujud lambang,
(3) bahasa itu berupa bunyi,
(4) bahasa itu bersifat arbitrer,
(5) bahasa itu bermakna,
(6) bahasa itu bersifat konvensional,
(7) bahasa itu bersifat unik,
(8) bahasa itu bersifat universal,
(9) bahasa itu bersifat produktif,
(10) bahasa itu bervariasi,
(11) bahasa itu bersifat dinamis, dan
(12) bahasa itu manusiawi.

A. Sifat-sifat Bahasa

1. Bahasa itu adalah Sebuah Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.

Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan nama tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara hirarkial, bagan subsistem bahasa tersebut sebagai berikut.

2. Bahasa itu Berwujud Lambang
Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa tanda yaitu: tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Lambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya.

3. Bahasa itu berupa bunyi
Menurut Kridalaksana (1983), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.

4. Bahasa itu bersifat arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinant de Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa yang dimaksud signifiant dan signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.

Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu bahasa tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita dengar, karena bunyi kata tersebut tidak memberi ”saran” atau ”petunjuk” apapun untuk mengetahui maknanya.

5. Bahasa itu bermakna
Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang. Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.
[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] : bermakna = bahasa
[dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] : tidak bermakna = bukan bahasa

6. Bahasa itu bersifat konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Misalnya, binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa Indonesia harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan lambang lain, maka komunikasi akan terhambat.

7. Bahasa itu bersifat unik
Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.

8. Bahasa itu bersifat universal
Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

9. Bahasa itu bersifat produktif
Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa:
  • /i/-/k/-/a/-/t/
  • /k/-/i/-/t/-/a/
  • /k/-/i/-/a/-/t/
  • /k/-/a/-/i/-/t/
10. Bahasa itu bervariasi
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:
  1. Idiolek : Ragam bahasa yang bersifat perorangan.
  2. Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.
  3. Ragam : Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.

11. Bahasa itu bersifat dinamis
Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.

12. Bahasa itu manusiawi
Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi binatang bersifat tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.